This article is a book review of Rethinking Popular Representation (2009). The book has a concern in the quality of democratic practices in the world of democracies, in particular democracies of the 'Global South'. It focuses on the concept of representation. It also surveys many cases which promise detailed accounts of each case. Despite its achievements, this review also shows that the book has some pitfalls.
Riset ini bertujuan untuk mengevaluasi informasi politik yang disajikan Harian Kompas dan Mingguan Tempo selama periode kampanye Pemilihan Presiden 2009. Sejauh mana informasi politik tersebut bisa membantu pemilih untuk membuat keputusan secara rasional? Temuan pokok penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi kuantitas, hanya sedikit berita kampanye yang memuat isu kebijakan yang ditawarkan para kandidat presiden. Dari jumlah yang sedikit ini, isu kebijakan yang disentuh oleh kandidat presiden pun rendah kualitasnya. Tidak ada proposal kebijakan yang didasarkan pada data memadai, yang ditopang dengan justifikasi yang meyakinkan, dan disertai cara pencapaian tujuan. Berita-berita tentang kampanye ini tidak cukup untuk membantu pemilih untuk memilih secara rasional. Namun rendahnya kualitas informasi politik itu lebih bersumber pada kandidat, bukan pada medianya.
Perdebatan mengenai tipologi dan stabilitas institusi demokrasi telah berlangsung selama lebih dari 2 dekade. Perdebatan tersebut mendiskusikan dampak dari tipologi institusi demokrasi terhadap proses politik, output kebijakan, dan kinerja ekonomi. Artikel ini menganalisa kekuatan dan kelemahan demokrasi parlementer, demokrasi presidensial, dan demokrasi semi-presidensial dalam kaitannya dengan isu-isu tersebut. Artikel ini berargumen bahwa demokrasi semi-presidensial merupakan pilihan yang paling sesuai guna mencapai berbagai tujuan dari pemerintahan, yang demokratis.
Makalah ini membahas gejala partai kanan ekstrem yang muncul sejak awal dekade L990an di Itali, yakni Lega Nord, Forza Italia, Cristiano Democratico, dan Allianza Nazionale. Tesis utama yang dikembangkan dalam makalah ini: bahwa kemunculan, keunggulan, dan kemampuan bertahan dari partai-partai tersebut bersumber dari kemampuan mereka dalam menghidupkan cleavage sosial Utara-Selatan yang sebelumnya dormant atau laten. Dengan memanfaatkan isu dominasi Selatan (yang secara ekonomi inferior) dalam pemerintahan atas Utara (superior), partai-partai kanan di Itali mengubah struktur sistem kepartaian stabil yang muncul seiak Perang Dunin II sampai dekade 1980an, Kemunculan partai-partai ini dengan demikian bukan sekadar mewakili gejala protest voting, namun lebih jauh, mereka mencerminkan pergeseran struktur konflik kepartaian yang berbasis cleavage sosial
Perubahan karakter persaingan bisnis media di era internet mengantarkan jurnalisme online pada dilema dan himpitan antara mengedepankan berita berdasarkan minat pasar (market interest) atau minat publik (public interest). Pada gilirannya, hal itu dapat berdampak pada kualitas konten berita yang diproduksi media. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur kualitas berita dan kecenderungan politainment pada berita Pilpres 2019 yang dipublikasikan Detikcom dan Tribunnews.com periode 12-17 Agustus 2018.Penyajian berita politik dalam format politainment menggeser fokus utama berita Pilpres 2019, menjauhkan isi berita dari isu substantif, dan mengurangi urgensi masalah karena menonjolkan sisi menarik atau menghibur dari renik peristiwa.Dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif, temuan penelitian mengungkapkan terdapat empat kategori berita yang diidentifikasi dalam penelitian ini berdasarkan kriteria quality press dan politainment, antara lain berita berkualitas tanpa elemen politainment, berita politainment dengan kriteria berita berkualitas, berita politainment tanpa pemenuhan kriteria berita berkualitas, dan berita non-politainment tanpa pemenuhan kriteria berita berkualitas. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya praktik politainment dalam berita Pilpres 2019 di Detikcom dan Tribunnews.com meskipun berita berkualitas baik mendominasi kedua media tersebut.
Indonesia is the world's third largest democracy (after India and the USA) and the only fully democratic Muslim democracy, yet it remains little known in the comparative politics literature. This book aspires to do for Indonesian political studies what The American Voter did for American political science. It contributes a major new case, the world's largest Muslim democracy, to the latest research in cross-national voting behavior, making the unique argument that Indonesian voters, like voters in many developing and developed democracies, are 'critical citizens' or critical democrats. The analysis is based on original opinion surveys conducted after every national-level democratic election in Indonesia from 1999 to the present by the respected Indonesian Survey Institute and Saiful Mujani Research and Consulting.