A caricature done by Ape for Vanity Fair magazine depicting Stephen Cave, a British lawyer, writer and conservative politician. He served as Paymaster-General under Queen Victoria. ; https://digital.kenyon.edu/arthistorystudycollection/1139/thumbnail.jpg
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui muatan nilai-nilai pendidikan karakter pada buku pelajaran PAI dan Budi pekerti kelas X SMK dan strategi pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter pada buku PAI dan budi pekerti kelas X SMK. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode content analisis (analisis isi).Sumber data dalam penelitian ini yaitu buku ajar Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diterbitkan oleh penerbit Erlangga.Tim penyusunnya yaitu Drs. H. Abd.Rahman, MA, Dra.Hj.Lim Halimah, Munawir A.M., Drs. HA. Sholeh Dimyathi, MF, MM., Drs. H. Ridwan, Ms, MM.Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung atau termuat didalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK kelas X yang ditemukan peneliti yaitu Religius, kerja keras, semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab, demokrasi, disiplin, jujur, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, gemar membaca, kreatif, toleransi. Didalam buku mata pelajaran ini juga terdapat intruksi atau petunjuk-petunjuk yang tidak jauh berbeda dengan strategi yang digunakan untuk menyampaikan materi. Buku teks ini baik digunakan dalam proses pembelajaran karena materi yang terdapat didalam buku sudah termuat nilai-nilai karakter,hanya perlu disempurnakan pada proses pembelajaran atau kegiatan pembelajaran.
Modernity and education have always been a double-edged sword for Māori. On the one hand Māori have embraced and co-opted new knowledge since encountering and engaging with missionaries, traders, officials and school teachers, but this pursuit has also entailed engagement with institutions that have imperilled their reo, mana, and tikanga. One could argue that this is as true now within what is termed the "mainstream" education system as it was in its earlier missionary and colonial antecedents. Hēnare Wiremu Taratoa was a product of the missionary education system. This essay explores a number of his late-1850s writings on the schooling he experienced, and his ideas on the value of education and modernity.
In: Anthropos: internationale Zeitschrift für Völker- und Sprachenkunde : international review of anthropology and linguistics : revue internationale d'ethnologie et de linguistique, Band 106, Heft 1, S. 99-114