Pasar nasional, regional, dan internasional menampilkan batik sebagai subjek representasi Indonesia dengan nilai-nilai dan makna luhur. Kemajuan teknologi informasi memberikan peluang tanpabatas untuk pengembangan batik. Permasalahan muncul ketika praktisi, pemerintah, pemegang modal,dan akademisi mendapat tantangan dari pasar untuk menampilkan kebaruan. Tantangan tersebut bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas batik di era industri kreatif. Pengusaha dan perajin batik berperan menjawab tantangan dengan inovasi pengembangan produk.Kebaruan konsep pengembangan desain batik kontemporer Indonesia secara garis besar terletak pada potensi unggulan daerah dan kearifan lokal masyarakat. Konsep pengembangan berbasis kearifan lokal bersifat strategis. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan menggunakan pendekatan budaya visual, dari aspek fenomena sosial dan pasar. Penerapan konsep pada sentra usaha dan batik di seluruh Indonesia efektif menjaga keberlangsungan usaha batik. Ciri khas disesuaikan dengan potensi unggulan dan budaya tradisi serta menambahkan unsur tren di masyarakat. National, regional and international markets represented batik as Indonesian heritage with supreme values and meanings. Information technology progress provides unlimited opportunities for batik development. Problems arise when practitioners, government, capital holders and academics was challenged by the market to display novelty and sanity. The purpose of this challenge is to improve batik's quality and quantity in the creative industries era. Entrepreneurs and batik artisans respond to this challenge with product innovations. The novelty of developing Indonesian contemporary batik design concept was broadly shown in the superior potential aspect of region and communities local wisdom. The concepts of local wisdom-based development are strategic. This research used qualitative method, visual culture approach from social phenomena and market aspect. That application works out into business centers and batik clusters. ...
Batik craft in Ngawi Regency first appeared in Tempurejo, Banyubiru Village, which is called Griya Batik Sidomulyo. 'Batik Imitation' products have been produced as uniforms for government or private agencies in Ngawi Regency. The problems discussed are animed at determining the background of Griya Batik Sidomulyo's production of batik imitations as textiles for uniforms and the aspects considered in designing batik imitation uniforms. The method in this research uses descriptive qualitative methods with a design approach. The research location was conducted at Griya Batik Sidomulyo Ngawi. The design approach is used to study the imitation of cold wax printed batik cloth. The result of this study are the background of Griya Batik Sidomulyo producing batik imitation, beginning with producing hand-written batik. Production of cold wax printed batik imitations from 2010 until now. Efforts to produce imitation batik fabrics to be able to meet market at a relatively cheaper price. Fabric production does not only meet design requirements but must be by market demands dan buyers. The aspects considered in designing have similarities and differences in the functional, aesthetics, materials, and production processes. Other conciderations require consumer tastes, trends mode, marketing to establish communication.Keywords: design, batik imitation, sidomulyo, uniform.AbstrakKerajinan batik di Kabupaten Ngawi muncul pertama kali di Tempurejo, Desa Banyubiru yang bernama Griya Batik Sidomulyo. Secara visual desain tampak rapi dan komposisi coraknya bagus, serta hasil produksinya lebih awet dan tidak mudah luntur. Produk 'tiruan batik' telah diproduksi sebagai seragam instansi pemerintah maupun swasta di Kabupaten Ngawi. Permasalahan yang dibahas bertujuan untuk mengetahui latar belakang Griya Batik Sidomulyo memproduksi tiruan batik sebagai tekstil untuk seragam dan aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam merancang seragam tiruan batik. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan desain. Pendekatan desain digunakan untuk mengkaji kain tiruan batik print malam dingin di Griya Batik Sidomulyo. Hasil penelitian ini adalah latar belakang Griya Batik Sidomulyo memproduksi tiruan batik diawali dengan memproduksi batik tulis. Produksi tiruan batik print malam dingin sejak tahun 2010 hingga sekarang. Upaya memproduksi kain tiruan batik agar mampu memenuhi pasar dengan harga yang relatif lebih murah. Produksi kain tidak hanya memenuhi persyaratan desain, namun harus sesuai dengan permintaan pasar maupun pembeli. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam merancang memiliki persamaan dan perbedaan pada fungsional, estetika, bahan, dan proses produksi. Pertimbangan lainnya diperlukan adanya selera konsumen, trend mode, pemasaran untuk terjalinnya komunikasi. Kata Kunci: desain, tiruan batik, sidomulyo, seragam. Authors:Silvia Khoiru Azizah : Universitas Sebelas MaretTiwi Bina Affanti : Universitas Sebelas MaretReferences:_________. (2019). Warta BBKB (edisi 6). Yogyakarta. Balai Besar Kerajinan dan Batik.Affanti, Tiwi Bina. (2007). Ornamentik. Surakarta: FSSR UNS.Azizah, S. K. (2020). "Tiruan Batik". Hasil Dokumentasi Pribadi: 2020, Ngawi.BSN. (2014). Batik-Pengertian dan Istilah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.BSN. (2015). Tiruan Batik dan Paduan Batik dengan Batik-Pengertian dan Istilah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.Ibrahim, I.I. (2007). Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape Mediascape di Indoneia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.Lisbijanto, Herry. (2013). Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu.Rizali, Nanang. (2017). Tinjauan Desain Tekstil. Surakarta: UNS Press.Suharso dan Ana, Retnoningsih. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.Sachari, Agus. (2005). Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga.Sulaeman, S., & Suhartini, T. (1988). Penelitian Pengaruh Beberapa Pelarut Organik Dalam Pembuatan Lilin Batik Cair Terhadap Proses Pembatikan. Dinamika Kerajinan dan Batik, (8), 25-29. 10.22322/dkb.v0i8.973. Sunaryo, Aryo. (2009). Ornamen Nusantara (Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia). Semarang: Dahara Prize.Susanto, Sewan. S.K. (1980). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.Utoyo, J. T., Priyatno, A., & Azis, A. C. K. (2020). Penerapan Prinsip-Prinsip Seni Rupa Pada Kaligrafi Di Masjid Baiturrahman Unimed. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 3(2), 419-426. https://doi.org/10.34007/jehss.v3i2.330.Van Hoed, V., Zyaykina, N., De Greyt, W., Maes, J., Verhé, R., & Demeestere, K. (2008). Identification and occurrence of steryl glucosides in palm and soy biodiesel. Journal of the American Oil Chemists' Society, 85(8), 701. https://doi.org/10.1007/s11746-008-1263-5.Wulandari, Ari. (2011). Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik. Yogyakarta: Andi.
Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Panti Pelayanan Sosial Anak (PPSA) Taruna Yodha Sukoharjo meneruskan program kegiatan sebelumnya. Program ini bertujuan untuk mendukung keberhasilan PPSA Taruna Yodha dalam mengembangkan keahlian pembuatan produk lain dengan teknik Happa Zome dan steam serta sistem pelayanan on-line yang akan dijalankan untuk para siswa. Pengetahuan tentang desain pada produk sangat diperlukan guna meningkatkan pengetahuan dan sebagai bekal penerapan secara visual, sehingga dapat menghasilkan produk dengan teknik happa zome dan steam yang lebih baik. Sistem pelayanan on-line shop tidak kalah pentingnya dalam pengembangan ini. On-line shop yang mulai dijalankan oleh PPSA Taruna Yodha masih memerlukan sistem yang strategis dalam menawarkan produk yang dihasilkan. Program kegiatan pendampingan yang di berikan selain desain dan Teknik Happa Zome dan steam juga tentang sistem pelayanan on-line shop yang mencakup pengetahuan produk yang berkualitas, product knowledge/story telling product, sistem kemasan pada produk. Program kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam wujud pendampingan dan pelatihan kepada 20 orang penerima manfaat dan pemberian wawasan selama 7 kali pertemuan yakni diawali dengan pemberian wawasan dan praktek tentang desain serta bagaimana mulai membuat sebuah perancangan produk teknik happa zome dan steam secara sederhana, pemberian wawasan material atau bahan, sistem pelayanan secara on-line dengan pemberian wawasan tentang product knowledge, produk yang berkualitas, packaging untuk menyampaikan layanan komunikasi secara tepat.Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah melalui metode pendampingan, pelatihan tentang pengembangan desain dengan teknik Happa zome dan steam serta system online shop untuk memasarkan produk yang telah dibuat oleh para siswa yang ada di PPSA Taruna Yodha. Hasil yang di capai dalam kegiatan ini adalah para siswa di PPSA Taruna Yodha mendapatkan wawasan dan tambahan keahlian dalam bidang olah tekstil teknik Happa Zome dan steam serta mempu mengenal produk yang baik, memanange produksinya, serta memanage strategi sistem pelayanan online shop nya secara maksimal dan mandiri.
This community service is carried out with the participation of PPSA (orphanage) Taruna Yodha in Sukoharjo, Central Java. By creating textile products, the activity that incorporates an eco-friendly production process inspired by the Japanese Happa-zome technique (manual leaf-printing decoration technique) is chosen and improved to motivate environmental awareness while strengthening the entrepreneurial capacity of the beneficiaries. The service program is conducted by (in)direct presentation and mentoring, a participatory and iterative process from the beginning to the end. Within the program, design survey activity in the form of exploring nature's potential involves introducing the surrounding natural environment while collecting leaf material. The results are; (1) Providing environmental awareness for beneficiaries through textile-making, (2) the Happa-zome technique for interior textile product development, (3) creating an Entrepreneurial program including story-making and online marketing strategy