Suchergebnisse
Filter
5 Ergebnisse
Sortierung:
KETUHANAN YANG BERKEBUDAYAAN Menjadi Shaleh dalam Bingkai Kebudayaan
Diantara perdebatan yang nyaris melahirkan pertikaian di negeri ini, adalah gagasan tentang sebuah klausul "Ketuhanan yang Berkebudayaan" dalam Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). Sebenarnya, sang penggagas, Soekarno, telah menyampaikan ini pada tahun 1945, ketika akan menetapkan Pancasila sebagai ideologi negara. Menurutnya, istilah itu, menegaskan bahwa Indonesia tegak atas dasar kekuatan agama. Kekuatan relasi agama dan negara di Indonesia, sangat sinergis dan tidak ada jurang pemisah antara keduanya, sehingga Indonesia sering juga disebut dengan religious nation state atau negara kebangsaan yang dijiwai oleh agama yang berketuhanan, bukan agama yang bertuhan. Di sini, sistem sosial politik dan kemasyarakat, ditopang oleh kesadaran akan nilai-nilai ketuhanan. Makna selanjutnya adalah bahwa seluruh warga bangsa harus mentransformasikan nilai-nilai ketuhanan atau nilai-nilai spritualnya kedalam relasi berbangsa dan bernegara, dalam kehidupan sosial-kemasyatakatan, dalam ruang-ruang publik. Dari proses transformasi ini, lalu membudaya dan membentuk karakter bangsa. Dalam situasi bangsa Indonesia yang heterogen, terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, dan agama, maka transformasi akan nilai-nilai universal ketuhanan dari masing-masing agama, menjadi sangat penting untuk lakukan.
BASE
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN LITERASI PANGAN DI KOMUNITAS LITERASI TOREMAOS
Salah satu tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat tertentu sehingga mereka memanfaatkan kemampuan tersebut beberapa hal. Masuknya pemberdayaan masyarakat pada gerakan literasi membuat gerakan tersebut mengalami transformasi dari yang sebelumnya hanya bersifat umum menjadi gerakan yang berbasis pada isu-isu yang lebih spesifik, seperti isu pangan dan gizi, politik, gender maupun kebudayaan. PKM dengan tema "Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi Pangan Di Komunitas Literasi Toremaos" bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan serta upaya peningkatan literasi pangan dan gizi bagi anggota dan masyarakat sekitar Ruang Dapurkultur, Desa Kebunagung, Kabupaten Sumenep. PKM ini direncanakan dilakukan di Ruang Dapurkultur, di Desa Kebunagung, Kabupaten Sumenep. Pesertanya adalah anak-anak binaan dan anggota Komunitas Literasi Toremaos. Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan komunikatif melalui kegiatan dongeng anak via virtual platform Zoom. Melalui pelaksanaan kegiatan PKM ini, wawasan peserta terkait materi sayur dan buah mengalami peningkatan, yaitu manfaat sayur dan buah sebesar 84,375 %, kandungan nutrisi pada buah jeruk sebesar 75%, kandungan nutrisi pada sayur bayam 81,25 % dan informasi porsi sayur dan buah setiap hari 93,75%. Peserta bisa lebih memahami manfaat sayur dan buah serta pengetahuan tentang pangan bergizi untuk anak melalui literasi.
BASE
Modeling Spatial Development Relationship between Sub districts: Case study in Ngawi, East Java, Indonesia
In: Review of European studies: RES, Band 7, Heft 11
ISSN: 1918-7181
Hybrid Learning in Mathematics Learning: Experimental Study in SMA Negeri 1 Pekanbaru
The Indonesian government is trying to implement a learning process based on information and communication technology. However, there are still weaknesses in the use of the internet in the learning process among students. Therefore, this article aims to describe the activities of students during the implementation of hybrid learning in mathematics learning and find out the results of student learning in mathematics through the application of Hybrid Learning. The research method used in this article is a true experimental design with a research sample of SMA Negeri 1 Pekanbaru students, whose schools have easy internet access. To obtain primary data from the field, tests are used to measure student mathematics learning outcomes. After each data is collected and tabulated, the data will be analyzed using statistical parametric analysis with the t test using the help of SPSS Version 18.00. The results showed that there were differences in student learning outcomes between those studying with the Hybrid Cooperative Learning method and students learning with conventional methods in SMA Negeri 1 Pekanbaru. The difference is confirmed again by the mean value of the experimental class 34.55 while the mean control class is 31.35. The results of this calculation indicate that the ability of the experimental class students is better than the control class students. This means that the value of the experimental class is better.
BASE