Tulisan ini membahas mengenai perubahan keistimewaan kekuasaan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dilihat dari wacana politik identitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pergeseran makna masyarakat baik yang berada di dalam maupun di luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memandang keistimewaan politik yang dimiliki oleh Sultan Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode tinjauan pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah DIY terbentuk dari kontrak politik dengan kolonial Belanda. Pada masa kemerdekaan, Yogyakarta lebih memilih untuk menjadi bagian dari Republik Indonesia, dibandingkan berdiri menjadi kerajaan tersendiri. Wacana keistimewaan ini mendapat banyak tekanan, baik internal maupun eksternal wilayah Yogyakarta. Sebagian orang berpendapat bahwa keistimewaan dapat menjadi modal untuk tetap mempertahankan tradisi Kasultanan Yogyakarta yang sejak awal sudah terbentuk, sementara sebagian yang lain menganggap bahwa keistimewaan merupakan hambatan bagi perkembangan dan integritas penuh dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kebudayaan merupakan aset daerah yang berpotensial dikembangkan dalam berbagai sektor pemerintahan. Khusus dalam bidang pariwisata, kebudayaan adalah produk yang sangat baik dikembangkan untuk menarik minat wisatawan. Oleh karena itu, pengkajian potensi daerah sebagai tujuan wisata budaya menjadi dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan potensi budaya yang dimiliki Kecamatan Wundulako sehingga dapat dijadikan sebagai daerah tujuan wisata budaya di Kabupaten Kolaka dan mejelaskan peran serta pemerintah dan masyarakat dalam mendukung Kecamatan Wundulako sebagai daerah tujuan wisata budaya di Kabupaten Kolaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan dua cara yakni wawancara, observasi dan studi dokumen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Tradisi dan budaya yang ada meliputi upacara ritual mosehe wonua sebagai upaya yang untuk mensucikan kampung/negeri agar terhindar malapetaka dan wabah penyakit, upacara ritual mesosambakai bagi bayi yang baru lahir agar anak yang dilahirkan itu terhindar dari bahaya sekaligus didoakan agar mudah rezekinya, akikah (mosere owuu), tradisi ritual perkawinan, hingga tradisi pengobatan tari lulo sangia. Pada sisi yang lain peran strategis pemerintah adalah dengan tersedianya sarana prasarana pendukung pariwisata. Selain itu, terjadwal secara baik pentas budaya dalam bentuk even budaya sebagai penggerak sektor pariwisata di Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka. ; Culture is a regional asset that has the potential to be developed in various government sectors. Specifically in the field of tourism, culture is a very good product developed to attract tourists. Therefore, the study of regional potential as a cultural tourism destination is carried out. The purpose of this study is to explain the cultural potential of the Wundulako District so that it can be used as a cultural tourism destination in the Kolaka Regency and to explain the role of the government and community in supporting the Wundulako District as a cultural tourism destination in the Kolaka Regency. The method used in this research is descriptive qualitative with data collection techniques using two methods namely interviews, observation and study of documents. Based on the research results it is known that the existing traditions and culture include the ritual Mosehe Wonua as an effort to purify the village/country in order to avoid disaster and epidemics, Mesosambakai ritual ceremony for newborns so that the child born is protected from danger while praying for ease fortune, Akikah (Mosere Owuu), marriage ritual traditions, to the tradition of Lulo Sangia dance treatment. On the other hand the strategic role of the government is the availability of supporting infrastructure for tourism. In addition, well scheduled cultural performances in the cultural events as a driver of the tourism sector in Wundulako District, Kolaka Regency.