Suchergebnisse

Istilah unjuk rasa/demonstrasi dalam politik Islam memiliki banyak pengertian yaitu muzaharah, aksi unjuk rasa yang identik dengan kekerasan (anarkis) dan juga bisa dikatakan sebagai aksi mendukung sebagai bentuk dukungan terhadap individu maupun golongan. Istilah lainnya adalah masirah, merupakan kebalikan dari muzaharah tanpa berujung anarkisme.Keragaman, perbedaan pandangan, kesalahpahaman, dan setiap hal yang dapat memicu konflik di tengah umat dapat diminimalisir. Berpolitik memang menjadi hak setiap warga negara, Rasulullah saw. pun adalah sosok figur yang lengkap; Rasul, kepala rumah tangga, ulama, negarawan bahkan politikus. Namun dalam hal politik Nabi saw. senantiasa mengedepankan aspek etika dalam berpolitik. Era keterbukaan dan kebebasan berpendapat saat ini menjadi ruang terbuka bagi sebagian orang untuk menyuarakan ide dan gagasan yang tidak jarang bergeser kepada aksi menghujat, mencela, mencaci, mengumbar aib, atau menghina orang atau pihak lain di luar golongannya.

Al-Quran merupakan kitab suci yang bersifat final dan absolut, sumber hukum tertinggi dalam agama Islam. Namun untuk mampu membumikan nilai-nilai Al-Quran dalam realitas sosial-empirik, Al-Quran membutuhkan tafsir sebagai alat bantu dalam menafsirkan pesan-pesan keilahian tersebut, sesuai dengan konteks sosial yang berlaku. Proses penafsiran membuka peluang masuknya unsur-unsur ideologis dalam penafsiran ayat-ayat Al-Quran, sesuai dengan kepentingan dan tujuan dari penafsir. Penelitian ini bertujan untuk melihat bias ideologi dalam penafsiran Al-Quran, yang meliputi ideologi Sunni, Muktazilah, dan Syiah, tiga bentuk ideologi yang memilki pengaruh dominan dalam Islam. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yang memanfaatkan sumber-sumber penelitian yang relevan dengan penelitian ini, khususnya terhadap penafsiran Al-Quran yang terkait dengan ideologi Sunni, Muktazilah, dan Syiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan tafsir ideologi dalam Islam disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu: persoalan politik dan perdebatan ideologis. Kedua penyebab munculnya penafsiran ideologis dalam Islam tersebut, berkaitan dengan aspek suksesi kepemimpinan sejak naiknya Umar Bin Khatab, Ustman Bin Afan, hingga puncaknya saat suksesi Ali Bin Abu Thalib yang memicu terjadinya al-Fitnah al-Kubrâ. Sejak saat itulah terjadi perbedaan ideologi dalam internal umat muslim, hingga pada akhirnya masuk ke dalam ranah penafsran Al-Quran sebagai alat justifikasi untuk membenarkan segala tindakan dan keputusan ideologis, yang diambil oleh masing-masing kelompok dalam internal umat Islam tersebut