Fenomena dilapangan terlihat masih rendahnya disiplin kerja guru dalam melaksanakan tanggungjawabnya yang diberikan kepadanya. Penelitan bertujuan untuk melihat gambaran gaya kepemimpinan domokratis kepala sekolah dalam pembinaan disiplin kerja guru. Metode yang digunakan deskrptif kuantitatif. Populasi di dalam penelitian ini adalah guru SD dan kepala sekolah. Data dikumpulkan menggunakan kuisoner. Analisis data menggunakan deskriptif.dengan mendekatan TCR. Hasil penelitian menggambar bahwa gaya kepemimpinan.demokratis kepala.sekolah termasuk kategori cukup dan disiplin kerja guru dengan kategori cukup. Dari hasil temuan dapat diberikan saran berkaitan dengan disiplin kerja guru agar dilakukan dengan dua pendekatan demokratis dan transformasional
Penulisan bertujuan untuk melihat bentuk kepemimpinan demokratis kepemimpinan di SMK Muhammadiyah 1 Padang. Penelitian ini merupakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data memanfaatkan teknik observasi (pengamatan). Hasil menunjukkan bahwa Kepala Sekolah dapat meningkatkan kreativitas dan perubahan diantara guru dan stafnya dengan meningkatkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah ke arah baik. Kepemimpinan demokratis memiliki identitas yang pertama kepala sekolah memberikan kepercayaan staf dan guru dalam melakukan tugas. Kedua kepala sekolah memberi penghargaan diri kepada guru yang melakukan perubahan dan kreativitas dalam pengajaran. Ketiga kepala sekolah memberi kesempatan kepada staf maupun guru yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, politik, sosial budaya, dan partisipasi dalam masyarakat. Berbagai kebijakan dan program yang ada dirasakan masih kurang efektif dalam upaya menurunkan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Hal ini terbukti dengan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penduduk miskin dari masa kemasa. penelitian ini deskriptif analisis yang berorintasi pada pemecahan masalah. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan strategi yang dapat diupayakan untuk meredam peningkatan kemiskinan yaitu Pertama, dengan kebijakan tidak langsung yaitu membenahi infrastruktur penyebab kemiskinan, Kedua, diperlukan intervensi pemerintah mengatur kegiatan ekonomi.
This review paper aims at giving a short outline regarding the examination of Teaching English Language instructing and teaching English Language as a Foreign Language (TEFL) between Indonesia and Singapore. The review based its analysis on a few elements which affect instructing and learning TEFL in the Indonesian context and Singapore, i.e., educator capabilities, teaching English language capability, homeroom size, understudies' inspiration, study hall situated learning, and restricted wellsprings of learning. The review highlighted that these are the factors which give impact on instructing and learning achievement. The review conducted its analysis under few limitations at work between language strategy and language encouraging study hall rehearsed in the two nations. This paper points out that understudies have different inspirations and foundation qualities altogether, making it hard to plan as an asset to a solitary educational program which will suit all (or at least most) understudies of the nation. Moreover, financial support for educators, resourcing, and the probability of huge class capacity in the Indonesian context appear differently in relation to Singapore. Low instructor compensations in Indonesia cause most educators to work in extra positions that lessen the time they can allot for exercise arrangement, endeavors to create practices and undertaking advancement by upgrading expert information, whereas instructors in Singapore are doing the full education time. Finally, the strategy and educational plan legislative issues have a significant impact on TEFL examination, thus understanding and correctly implementing them needs to be a requirement to language learning.
This study aims at know the comparison of Basic Education Indonesia and Japan by using five indicators, namely the objectives of Education, education management, education budget, education personnel and salaries, and the process of evaluation of learning. The method used in this research is the study of literature with a qualitative descriptive approach to see the comparison of basic education in Indonesia and Japan, the study of literature using a qualitative descriptive approach is to gather a number of references relevant to the topic of this study. The reference is taken from national journals and international journals which are then reviewed according to the needs in this study. The results of the study shows that the comparison of Basic Education Indonesia can be seen from four aspects, namely This is due to several indicators, namely (1) differences in education objectives, (2) education management; (3) Japan Education budget; (4) his education and salary; and (5) learning processes and evaluations. This study only emphasizes on five indicators of Basic Education of Indonesia and Japan. there are gaps that can be filled by subsequent research, namely curriculum, political system, character education, and so forth. This research should contribute to the policy makers of the Indonesian Education system in order to apply the five indicators of Japanese basic education to the Indonesian basic education system.