Suchergebnisse
Filter
2837 Ergebnisse
Sortierung:
Jawa, Islam dan Nusantara
The two books being reviewed are compilation of papers on the belief system and religion that are practiced by diverse local communities in the Indonesian archipelago. The first book concerned with the experience of repression and political persecution by the many local communities after the 1965 event, while the second book describe the adaptation processes of those local communities to islamization which is assumed as completed. Academically, the books is successful in exposing the transformation of religious life of diverse local communities located in different places in Indonesia.
BASE
PEMBELAJARAN PARIKAN (PANTUN JAWA) DALAM KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA SEBAGAI PEMBENTUK KAREAKTER SISWA
AbstrakDefinisi parikan ialah tradisi lisan, budaya lisan dan adat lisan adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan atau kesaksian itu disampaikan melalui ucapan, pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, nasehat, balada, atau lagu. Dari segi makna dan fungsi parikan ada beragam parikan dalam masyarakat jawa yaitu sebagai ekspresi jiwa susah, sebagai control sosial, sebagai sindiran, sabagai ekspresi ilmu sejati, sebagai estetika gending dan lainnya. Parikan banyak digunakan sebagai pementasan atau sebagai hiburan berbeda dengan pantun yang digunakan sebagai pesan sosial dan untuk kebutuhan politik pada saat kampanye. Misalnya parikan digunakan untuk gara-gara wayang kulit, dagelan kethoprak, kentrung, dan jathilan. Pada tembang Jawa terdapat nilai-nilai moral sebagai pembentuk karakter siswa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam membentuk siswa yang berkarakter. Hal itu pun berkaitan dengan konsep kearifan lokal yang kini mulai sering kita dengar.
BASE
Spasialisasi Grup Media Jawa Pos
Grup Jawa Pos (GJP) melakukan perluasan institusi yang mengarah pada kapitalisme, yaitu spasialisasi. Teori ekonomi politik media dari Vincent Mosco menjelaskan fenomena yang terjadi. Secara khusus, kajian ini mengungkap proses spasialisasi yang dilakukan GJP dalam bentuk integrasi horisontal yang berdampak pada konglomerasi. Konglomerasi media semacam ini mengancam prinsip keberagaman isi yang mengarah pada homogenisasi informasi dan wacana publik.
BASE
POTRET KONTEMPORER "JAWA YANG LAIN": DESKRIPSI KEBUDAYAAN MINUMAN BERALKOHOL DI JAWA TENGAH PASCA-REFORMASI
In: Kebudayaan, Band 12, Heft 1, S. 17-27
ISSN: 2685-8088
AbstakKebudayaan Jawa secara popular senantiasa terdeskripsikan dalam nuansa romantis. Deskripsi popular dapat terlihat pada pengimajinasian budaya Jawa selalu termanifestasikan dalam rupanya yang ideal. Pengamatan mengenai minuman beralkohol di Jawa Tengah menunjukkan pertentangan dalam pandangan wacana Kebudayaan Jawa secara popular, terutama ketika memperbandingkan keberadaan minuman beralkohol dengan manifestasi budaya Jawa yang dianggap ideal. Temuan etnografis menunjukkan ciu dan lapen sebagai minuman beralkohol lokal tidak terujuk sebagai representasi ideal, akan tetapi peminumnya memandangnya sebagai salah satu manifestasi budaya Jawa. Permasalahan mengemuka ketika acara tradisional seperti jagongan (seremoni sosial yang hadir saat ritus kehidupan) yang berfungsi untuk mewadahi terjadinya praktik konsumsi minuman beralkohol melenyap. Peminum minuman beralkhol lokal yang umumnya dirujuk sebagai kelompok abangan kini tidak dapat mengonsumsinya secara terbuka akibat berkembangnya gerakan Islam. Temuan dalam tulisan ini tidak sekadar mempertegas pembedaan konsepsi manifestasi budaya yang ideal dalam wacana kebudayaan Jawa secara popular, namun juga mengamati timbulnya ketegangan antara gerakan revitalisasi adat serta gerakan Islam di Jawa Tengah sebagai bagian dari proses demokratisasi di Indonesia. Kajian mengenai budaya dan konsumsi minuman beralkohol sekiranya dapat menggambarkan dinamika yang terjadi pada masyarakat Jawa kontemporer.AbstracThe Javanese culture has been described in the popular discourse as having a romantic sense. Javanese cultural manifestation is imagined to always have an ideal form. My observation presents a paradox when I examine the disctinction between Javanese alcoholic drinks and another cultural manifestation that are perceived as an ideal. In my short ethnographic finding, I found out ciu and lapen as local alcoholic beverages are not considered as an ideal representation of Javanese cultural manifestation. The problem emerges when the traditional ceremony like jagongan (a form of social ceremony in rites of passage) that functions as a drinking haven in the past was faded. The drinker who is generally associated with abangan cannot publicly consume the local alcoholic beverages because the presence of Islam movement. I argue that my finding is not only to show the disctinction of cultural manifestation in the Java popular cultural discourse, but also to capture the tension between the revitalization of adat (customary law) and Islamic movement in Java which are part of the process of democratization in Indonesia. The study on alcohol drinking culture and practice could picture the dynamic of contemporary Java society.
EKONOMI PEKARANGAN DI PEDESAAN JAWA
Tujuan artikel ini adalah untuk menganalisa peran pekarangan sebagai sumber ketersediaan pangan, energi rumahtangga, dan uang tunai bagi rumahtangga petani. Bagi orang Jawa lahan tidak hanya tempat bekerja mereka tetapi sebagai sebuah status sosial, ekoncomi dan politik di masyarakat. Disinilah pekarangan, sebuah lahan kecil di rumah, mengambil peran ketika petani menghadapai kesulitan ekonomi yang dikarenakan lahan garapannya tidak menguntungkan. Rumusan masalahnya adalah bagaimana karakteristik desa Wetankali dan bagaimana bentuk pemanfaatan ekonomi pekarangan yang terjadi di sana. Metode penelitian yang digunakan adalah etnografis disertai survei dengan kuisioner dan analisis data sekunder. Penelitian ini dilakukan di Desa Wetankali Kecamatan Kutocilik Kabupaten Banyumas. Pekarangan bagi masyarakat Jawa merupakan benteng yang dengannya mereka dapat bertahan hidup. Pekarangan ditanami beberapa jenis tanaman ynag dapat dijual untuk menambah pendapatan rumahtangga petani. Bersaamaan dengan pertumbuhan penduduk yang naik, pekarangan berubah bentuk menjadi semakin sempit karena masyarakat lebih memilih menggunakan lahannya untuk hunian. Akibatnya, untuk rumahtangga miskin, sumber makanan pendukung dan energi murah mulai menghilang. The objective of this article is to analyse the role played by house yards or home garden as source of food storage, household energy, and cash for peasant household. For Javanese peasant, yard was not only a place for work, but also a space to represent economy and social status. The importance of house yards is felt in difficult situation such as economic crises and corpse failure. Research questions in this anysisis are how about the characteristics of Wetankali village and how about the pattern of using home garden or home yard there. Research method used is etnography with survey using questionaire and secondary data analysis. The research was conducted in Watankali, Kutocilik Banyumas. For Javanese, yards become a place for final defence. Peasent often plant their home garden with several kind of plants that have economical value to sell so that they will earn money from it. Along with the tendency of population growth, traditional home garden is changed to become housing complex. Consequently, for poor household, the source of food suplement and cheap energy deteriorates.
BASE
BENCANA DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN: PANDANGAN ETNIK JAWA DAN MADURA DI WILAYAH UJUNG TIMUR JAWA
Disasters and environmental conservation are urgent issues in Indonesia. Studies on aspects and issues of the environment especially during the contemporary period have been produced. Besides the lack of historical insights and the ignorance of folks' conceptions about disaster and environment, these studies have largely focused on particular element of the environment especially the forests and more importantly on the official or government's views. This article seeks to explore views, knowledge, and beliefs concerning disasters and environmental conservation among the Javanese and Madurese ethnic groups. The article employs a combination of historical and oral history methods. The historical method is used to trace the roots of their conceptions on disasters and environmental conservation especially the forests based on documentary sources. Oral history method is used to get information stored in human memories by conducting interviews. Keywords: disaster, environment, conservation, Javanese, Madurese, Besuki  Bencana dan pelestarian lingkungan merupakan isu yang sangat urgen di Indonesia. Berbagai kajian memang telah dihasilkan mengenai berbagai aspek dan isu lingkungan khususnya pada masa kontemporer. Selain lemah akan wawasan historis dan konsepsi kultural masyarakat, kajian-kajian tersebut masih terpusat pada elemen tertentu dari lingkungan khususnya hutan dan lebih penting lagi menekankan pandangan pemerintah. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan mengeksplorasi pandangan, pengetahuan, dan kepercayaan terkait dengan bencana dan pelestarian lingkungan di kalangan kelompok etnik Jawa dan Madura. Penelitian ini menggabungkan metode historis dan sejarah lisan. Metode historis digunakan untuk melacak akar-akar pandangan masyarakat bencana alam dan pelestarian lingkungan khususnya hutan berdasar informasi dokumen. Metode sejarah lisan digunakan untuk menggali informasi yang tersimpan dalam memori manusia melalui wawancara. Katakunci: bencana, pelestarian lingkungan, etnis Jawa, etnis Madura, Besuki Â
BASE
KARYA SASTRA JAWA BERTEMA CINTA DARI PAGUYUBAN PENGARANG SASTRA JAWA SURABAYA HUBUNGANNYA DENGAN KEHIDUPAN SOSIAL TAHUN 1960-1982, STUDI MAJALAH BERBAHASA JAWA PANJEBAR SEMANGAT
Abstrak Karya sastra Jawa merupakan dokumen penting, yang digunakan mengetahui perkembangan karya sastra Jawa 1960-1982. Bahasa cinta karya sastra Jawa pada Panjebar Semangat tahun 1960 mengalami perubahan yaitu memakai bahasa kasih, pelayanan sebagai tindakan tanda cinta dan mengawali dengan pertengkaran politik. Karya sastra Jawa tahun 1970-1982 memakai bahasa cinta, bahasa sentuhan, melakukan sentuhan fisik seperti merangkul, membelai, menepuk punggung, serta memakai bahasa cinta waktu, sebagai perbandingan percintaan pada karya sastra sebelum tahun 1960 lebih menekankan pada cinta sejati, tanpa ada unsur politik dan lebih banyak menggunakan adegan berciuman dan bahasa cinta melo dramatis, serta suka berkirim surat melalui kotang. Gambaran karya sastra Jawa bertema cinta 1960-1982 dengan kehidupan sosial membuktikan karya anak zaman menunjukkan prinsip mempertahankan keselarasan dan keserasian sosial yaitu menghargai lawan jenis berdasar norma dimasyarakat. Karya sastra Jawa 1960-1982 memaknai cinta, berusaha menjaga dan memahami karakter diri. Kata Kunci: Karya Sastra Jawa, Cinta, dan Sosial
BASE
Piano Braille Aksara Jawa: Media Pelestarian bagi Siswa Tunanetra SLBN Semarang Jawa Tengah
Semarang State Special Education School was one of the schools under the auspices of the government that provided education for children with special need from Pre-primary School to Senior High School. Blind was one of the persons with disabilities who were educated at Semarang State Special Education School. The introduction of culture in Indonesia was one of the education services taught at the Semarang State Senior High Special Education School. However, the difficulty of taught braille to blind students was a factor in the not being taught Javanese script to blind students. Through the Javanese script braille piano helps Semarang State Senior High Special Education School in introducing Javanese script to blind students. In its implementation was socialization then proceed with training and mentoring activities in provided more understanding and avoiding misconceptions in learned Javanese characters in blind students. The successful implementation of community service programs refers to the indicators of the accuracy of reading and writing Braille Javanese characters for blind students. Through this program, in addition to being able to read and wrote Javanese script, blind students play a role in preserving Javanese script as one of Indonesian culture.
BASE
Disparitas Pendapatan di Jawa Tengah
The income disparity is still a concern for the Central Java regional government. Several factors can cause inequality of income. Therefore, this study aims to analyze the effect of economic growth, an investment that will be divided into PMDN (Domestic Investment) and PMA (Foreign Investment), inflation, labor force, population growth, and sector contribution to income inequality in Central Java in the 2014-2098 period. The data to be analyzed is obtained from the Central Java Province BPS and analyzed using regression analysis, t-test, and F-test. The results obtained indicate that only PMDN (Domestic Investment) and sector contributions partially influence income disparity. Simultaneously, economic growth, PMA (Foreign Investment), inflation, labor force, and population growth are recorded as not being able to affect a difference in income distribution partially.
BASE
Peran Gender dalam Budaya Jawa
In: Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Band 7, Heft 13